(600–673.)
Pada 18 Juni 618, Li Yuan
menyatakan diri sebagai kaisar
dinasti baru, Tang. [7][8] Peristiwa
ini berlangsung setelah
pembunuhan Kaisar Yang , sepupu
Li Yuan, [2] oleh Jenderal Yuwen
Huaji .[7][8] Li Yuan (yang
nantinya mengganti namanya
menjadi Kaisar Gaozu dari Tang)
mulai naik ke tampuk kekuasaan
saat menjabat sebagai Adipati
Tang dan gubernur Taiyuan
selama masa keruntuhan Dinasti
Sui, yang salah satunya
disebabkan oleh kegagalan Sui
dalam menaklukkan Goguryeo
selama Perang Goguryeo-Sui .[9]
[10] Li Yuan memperoleh martabat
dan pengalaman militer, dan pada
tahun 617 ia memberontak
bersama dengan putranya dan
putrinya yang juga militan, Putri
Pingyang (kematian 623); sang
putri bahkan mengumpulkan
tentaranya sendiri dan
memerintah mereka langsung. [7]
Pada tahun 617, Li Yuan
menduduki Chang'an dan menjadi
wali Kaisar Gong dari Sui , kaisar
yang masih anak-anak. Li Yuan
menempatkan Kaisar Yang ke
posisi Taishang Huang atau kaisar
yang sudah pensiun/ayah dari
kaisar saat ini. [7] Setelah
mendengar kabar pembunuhan
Kaisar Yang oleh Jenderal Yuwen
Huaji (kematian 619), Li Yuan
menyatakan dirinya sebagai kaisar
dinasti baru. [7][8] Sebagai Kaisar
Gaozu dari Tang , ia menguasai
Tang sebagai kaisar pertama dari
tahun 618 hingga 626.
Keluarga Li Yuan berasal dari
kalangan aristokrat militer barat
laut pada masa Dinasti Sui [9][11]
dan mengklaim sebagai keturunan
Laozi ,[12] Jenderal Dinasti Han Li
Guang, [13][14] dan penguasa
Liang Barat Li Gao.
Li Yuan berkuasa hingga tahun
626; pada saat itu, ia dijatuhkan
oleh putranya Li Shimin , Pangeran
Qin. Li Shimin telah memerintah
pasukan semenjak umur 18 tahun,
cakap dalam menggunakan panah,
pedang, dan tombak, serta mampu
melancarkan serbuan kavaleri yang
efektif. [2][15] Walaupun melawan
angkatan bersenjata dengan
jumlah yang lebih besar, ia
berhasil mengalahkan Dou Jiande
(573–621) di Luoyang dalam
Pertempuran Hulao pada 28 Mei
621. [16][17] Dalam upaya
pemberangusan keluarga kerajaan
karena takut dibunuh, Li Shimin
menyergap dan membunuh dua
saudaranya Li Yuanji (lahir 603)
dan putra mahkota Li Jiancheng
(lahir 589) dalam Insiden Gerbang
Xuanwu pada 2 Juli 626. [18]
Segera setelah itu, ayahnya
mengundurkan diri dan Li Shimin
naik tahta. Ia kemudian dikenal
dengan julukan Kaisar Taizong (唐
太宗).
Walaupun tindakannya ini
bertentangan dengan nilai xiao
dalam ajaran Konfusianisme , [18]
Taizong terbukti merupakan
pemimpin yang cakap dan mau
mendengarkan saran-saran
penasihat terbijaknya.[2] Pada
tahun 628, Kaisar Taizong
mengadakan upacara peringatan
Buddha untuk korban perang, dan
pada tahun 629 ia mendirikan
biara-biara Buddha di tempat
pertempuran-pertempuran besar
agar para biksu dapat berdoa
untuk para korban dari kedua
belah pihak. [19] Hal ini dilakukan
selama kampanye militer Kaisar
Taizong di Tujue Timur , kekhanan
Göktürk yang dihancurkan setelah
pemimpinnya Illig Qaghan
ditangkap oleh perwira militer
Tang Li Jing (571–649), yang kelak
menjadi Kanselir Dinasti Tang .
Setelah memperoleh kemenangan
ini, Göktürk menerima Taizong
sebagai khagan mereka. Maka dari
itu, selain bergelar Kaisar
Tiongkok , ia juga dijuluki Tian
Kehan (天可汗) oleh para nomaden
Turk.